Pelatihan Cara Berpikir Sistem
Oleh: Rina Fardiana dan Ayu Yuliyanti Purwandari
Minggu lalu, tanggal 17 November 2013 kami mengikuti pelatihan cara berpikir sistem yang diadakan oleh KAIL di Bandung. Ini adalah kali pertama kami mengikuti workshop atau pelatihan di luar kota Jakarta. Awalnya kami mengira pelatihan ini adalah pelatihan untuk membiasakan diri berpikir secara runut alias ga ngalur ngidul dan fokus. Merasa sebagai orang yang suka berpikir ngalur ngidul akhirnya kami memutuskan untuk ikut pelatihan J. Selama dan setelah mengikuti pelatihan, seluruh peserta diajak lebih dari sekedar berpikir runut. Kami belajar melihat hubungan sebab dan akibat antar suatu hal dengan hal lain, melihat masalah secara menyeluruh dari berbagai aspek dan menentukan titik strategis dimana intervensi bisa dilakukan dalam sebuah sistem.
Pelatihan dimulai dengan perkenalan antar peserta dan panitia lalu dilanjutkan dengan permainan. Kegiatan awal ini membuka suasana pelatihan menjadi lebih santai. Ruangan pelatihan yang tidak terlalu luas membuat peserta lebih mudah berinteraksi satu sama lain dan seluruh peserta lebih mudah dipastikan mengikuti seluruh kegiatan pelatihan. Sambil lesehan dan menikmati snackdari panitia kami mendapatkan materi pertama yaitu pengertian sistem.
Diskusi berjalan antar peserta dan pembicara. Dapat disimpulkan bahwa sistem adalah kumpulan elemen-elemen yang saling berkaitan dan membentuk sebuah pola hubungan, begitu kata Mba Any sebagai pembicara. Kegiatan pelatihan tergolong interaktif sehingga seluruh peserta aktif mengutarakan pendapat tidak hanya sebagai penerima informasi yang pasif. Kami menyukai cara Mba Any menyampaikan materi. Beliau melakukan konfirmasi untuk memastikan seluruh peserta memahami materi yang disampaikan sebelum ke materi selanjutnya.
Kegiatan berlanjut, peserta dibagi menjadi empat kelompok, terdapat kelompok sistem pendidikan, kondisi sampah di Bandung, pertanian dan Indonesia bagian timur. Di dalam kelompok peserta dibebaskan berimajinasi tentang kondisi yang ideal di topik masing-masing. Kurang lebih, hasil diskusi kelompok menunjukkan peserta ingin ada sekolah gratis dengan fasilitas yang super duper lengkap dan pembelajaran yang oke, Bandung bersih dan bebas dari sampah, Indonesia bagian timur yang dapat dikelola dengan maksimal oleh anak negeri dan tidak dieksploitasi pihak luar lalu kondisi pertanian di Indonesia yang maju dan maksimal. Kami belajar tidak hanya mengenal dari background kami sendiri yaitu pendidikan tetapi kami pun dapat mengenal atau belajar dari berbagai lintas bidang ilmu pengetahuan lainnya.
Diskusi pun berlanjut semakin seru. Materi berlanjut ke Unintended Consequences atau konsekuensi dari solusi yang malah merugikan bagi pengambil kebijakan. Kami diajarkan untuk memahami sebuah kondisi dengan open minded dan berani untuk keluar dari zona ruang kami yang idealis. Mba Any menegaskan bahwa jangan sampai kebijakan atau solusi yang diambil untuk menyelesaikan masalah adalah solusi jangka pendek dan mengabaikan dampaknya dalam jangka panjang. Solusi bukanlah solusi untuk orang-orang saat ini saja tetapi juga dapat berlanjut pada generasi ke depannya.
Pembicara melanjutkan materi dengan Behaviour Over Time Diagram atau BOT. BOT adalah diagram indikator sebuah elemen di masa lampau, kini dan akan datang dengan ataupun tanpa intervensi. Berangkat dari harapan yang ideal pada masing-masing topik, peserta(masih dalam kelompok) diminta menentukan elemen-elemen atau hal-hal netral yang bisa mendukung harapan peserta tercapai lalu membuat BOT setiap elemen. Pembuatan BOT menggunakan data yang diasumsikan oleh peserta karena ini sebatas pelatihan. Misalnya perbanyak jumlah sekolah gratis. Hal yang mendukung sekolah gratis adalah dana dari pemerintah. Pada pelatihan membuat BOT peserta bisa mengasumsikan jumlah dana pendidikan dari pemerintah dari dulu sampai masa yang akan datang terus stabil tanpa adanya intervensi tetapi jika diberi intervensi maka jumlah dana pendidikan meningkat tajam. Hal ini berakibat pada sekolah gratis semakin banyak. Itu adalah salah satu contoh elemen, tentu tidak hanya satu elemen yang membuat sekolah gratis bertambah banyak. Peserta dalam kelompok membuat banyak BOT dari kemungkinan-kemungkinan elemen yang ada.
Setelah berlatih membuat BOT, setiap pesertadiminta menentukan dua peserta lain yang merekakagumi. Panitia membuat mapping hasil permainan. Mapping yang dibuat oleh panitia mempermudah kami dan peserta lain melihat hubungan antar peserta, terdapat leverage point atau peserta dengan pengagum terbanyak. Pada kasus ini, peserta dengan jumlah pengagum terbanyak berarti diikuti oleh banyak orang. Kami diajak berpikir secara logika jika ingin mengubah peserta maka dimana letak strategis intervensi dilakukan tanpa perlu mengubah satu per satu. Tentu saja jawabannya adalah peserta dengan pengagum terbanyak.
Berangkat dari contoh kecil tadi, peserta diminta untuk membuat mapping sebab akibat dari berbagai grafik BOT yang sudah dibuat sebelumnya. Melalui mapping yang dibuat peserta dapat melihat dimana letak leverage pointdan hubungan sebab akibat antar BOT elemen dengan jelas. Hubungan sebab akibat ini nantinya bisa mempengaruhi alur intervensi.
Untuk lebih jelasnya, fasilitator mengajak peserta membentuk lingkaran. Fasilitator ingin memberikan intervensi dengan catatan tangan kanan mengikuti gerak tangan kiri dan tangan kiri mengikuti gerak tangan kanan orang disamping. Dapat dilihat bahwa dalam lingkaran ini seluruh peserta mengikuti peserta disamping kirinya, maka ini adalah loop tertutup. Fasilitator mencontohkan hanya dengan mengintervensi satu peserta dalam loop, seluruh peserta akan ikut bergerak atau terintervensi hingga akhirnya tujuan tercapai.
Tercapainya tujuan hanya dengan satu kali intervensi menunjukkan bahwa leverage point sangat berpengaruhi pada pola sebuah sistem. Leverage point bisa ditemukan jika mapping sebab akibat dalam hubungan elemen dilakukan. Mapping sebab akibat dapat dilakukan jika indikator atau elemen yang mempengaruhi tujuan diketahui. Elemen atau hal-hal ini dapat diketahui secara detaik tanpa ada yang terlewat jika kita melihat sebuah masalah dari berbagai sudut dan menyeluruh.
Dari pelatihan ini, kami menyimpulkan bahwa melihat sebuah hal secara menyeluruh dari berbagai aspek sangat diperlukan agar masalah terlihat lebih jelas. Penentuan solusi, tindakan atau intervensi menjadi lebih akurat karena berbagai kemungkinan terlihat melalui hubungan sebab akibat setiap elemen. Pemberian intervensi pun bisa dilakukan secara efektif.
Secara keseluruhan pelatihan berpikir sistem bersama KAIL membuat kami lebih mawas diri untuk melihat masalah atau fenomena dari berbagai sisi sebelum menentukan tindakan yang tepat. Ini perlu agar dampak negatif yang tidak diperkirakan bisa diminimalisir kemungkinannya untuk terjadi. Pelatihan ditutup dengan sharing harapan dan kekhawatiran mengikuti pelatihan lalu foto bersama.
Berbicara di luar dari topik pelatihan, meski pelatihan dari Kail ini bisa dikatakan sebagai skala kecil dimana isi pesertanya berkisar 25 orang. Namun panitia tetap memperhatikan kualitas dari acara yang diberikan kepada peserta. Di sisi lain, panitia mengajak peserta untuk hidup ramah lingkungan. Saat makan siang, kami diberi tahu peraturan dalam makan siang. Kami diminta untuk menandakan gelas untuk menghemat pencucian gelas karena tidak menggunakan gelas plastik yang sekali buang dan memisahkan sampah organikdan anorganik ketika membuang sampah sisa makanan. Lebih dari itu, perlengkapannya sendiri yang digunakan juga ramah dengan lingkungan dengan memakai gelas kaca untuk minum maupun makan. Hal ini adalah pengalaman yang mengesankan bagi kami..