Telah diadakan Peluncuran Pro:aktif Online dengan tema Mengenal Diri Bagi Aktivis. Kegiatan ini diadakan pada tanggal 29 April 2017 di Rumah Kail. Para relawan kontributor majalah Pro:aktif Online hadir sebagai pembicara. Turut hadir pula 11 peserta dari berbagai latar belakang seperti mahasiswa, pegiat anak, pegiat lingkungan, maupun masyarakat umum.
Acara hari itu dibuka dengan beraktivitas di halaman belakang Rumah Kail. Seluruh peserta mulai memperkenalkan diri sambil berdiri melingkar. Dengan dipandu oleh relawan fasilitator Debby Josephine, peserta melakukan meditasi bersama. Alunan musik yang mengiringi, bersama sinar matahari pagi menambah rasa relaks kami pagi itu. Setelah selesai bermeditasi, Debby mulai memberikan pengenalan tentang Kail dan Rumah Kail. Peserta juga diajak berkeliling Rumah Kail, sambil diberi penjelasan tentang fungsi dari setiap bagian Rumah Kail. Setelah berkeliling, para peserta diajak masuk ke dalam Rumah Kail dan acara pun dilanjutkan. Kali ini, disampaikan pengantar dari KAIL, kemudian dilanjutkan penjelasan tentang Hari Belajar Kail itu sendiri, diikuti pengenalan majalah Proaktif Online yang segera diluncurkan. Setelahnya, peserta dipersilahkan untuk rehat sejenak dan menikmati makanan dan minuman sehat yang telah disiapkan. Hari itu, hidangan yang disajikan di antaranya pisang rebus dan wedang jahe hangat.
Acara dilanjutkan dengan sesi pertama yaitu sesi sharing penulis Proaktif Online, dengan tema Pentingnya Mengenal Diri untuk Aktivis. Acara ini dipandu oleh moderator Navita K. Astuti, Dalam sesi ini, Anastasia Levianti mengawali dengan berbagi cerita mengenai perkataan dosen beliau semasa berkuliah di jurusan psikologi dahulu, yaitu “Setiap pendapat manusia adalah refleksi”. Beliau juga mengkombinasikan cerita tersebut dengan pengalaman beliau dalam menghadapi rasa kesalnya dengan seorang teman di masa lalu. Dari pengalaman tersebut, beliau mengajak para peserta untuk merefleksikan diri; berkaca dari apa yang telah dilakukan sebelum menghadapi suatu masalah. Kami diajak untuk “berdamai” dengan suatu hal atau masalah atau apapun yang dihadapi. Bahwa diperlukan kondisi diri yang “netral” untuk menggali potensi terbaik dari tiap diri kita. Dengan begitu, kita dapat menghadapi permasalahan kita dengan lebih baik.
Di sesi pertama ini, Fransiska M. Damarratri juga membagi pengalamannya terkait dengan refleksi diri. Beliau membagi cerita-cerita yang didapatkan saat bercakap-cakap dengan berbagai aktivis tentang bagaimana mereka menemukan dan menjaga rasa keprihatinan akan berbagai hal di sekitarnya. Dijelaskan bahwa para pegiat atau aktivis tersebut pada umumnya memiliki kesamaan, dimana dalam melakukan kegiatannya, mereka senantiasa mengenali diri mereka sebelum bertindak.
Setelah makan siang, peserta pun diminta untuk menuliskan gambaran tentang diri kita dalam beberapa kertas kecil berwana, kemudian peserta dibagi dalam kelompok kecil. Dalam kelompok kecil tersebut, peserta berbagi tentang kelebihan dan kelemahan diri masing-masing, serta memberikan masukan satu sama lain. Akhirnya, para peserta merangkai masukan-masukan tersebut dalam suatu kertas karton besar, dan mempresentasikannya di depan yang lain. Beberapa kesimpulan didapat; sungguh cara yang menarik, jawaban-jawaban akan pertanyaan dalam diri ternyata tidak jauh dan tidak serumit yang dibayangkan, dan ternyata orang-orang di sekitar kita dapat membantu kita, mengenal diri kita sendiri.
Sesi selanjutnya dipandu oleh relawan moderator Melly Amalia. Pembicara Yanti Herawati membagi perjalanannya dalam mengenal diri. Beliau bercerita tentang kesulitan yang dihadapi semasa kecilnya dan bagaimana beliau menemukan kedamaian setelah mencoba membagi waktu dengan alam. Sambil bercerita, beliau menunjukkan foto-foto yang menunjukkan momen-momen beliau di alam terbuka, khususnya di sekitar Bandung. Ternyata proses mengenal diri tidak selalu harus dilakukan saat di tempat yang ruang yang sepi, melainkan dapat dilakukan dimana saja. Alam terbuka, sebagai salah satu alternatif lokasi bagi kita dalam mengenal diri, dapat membantu kita menyadari apa yang Tuhan berikan pada kita, berefleksi atas segala yang terjadi pada kita, hingga akhirnya bersyukur dan berbahagia karenanya.
Rangkaian acara ini didukung oleh para relawan: Debby Josephine sebagai fasilitator, Melly Amalia sebagai moderator, Fadhilahani Aulia sebagai notulis, dan Claudia Andjani sebagai foto dan liputan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar