Pada hari Selasa tanggal 10 Maret 2015 yang lalu, di Rumah KAIL diadakan Lokakarya Permakultur. Lokakarya ini merupakan tahap pertama dari rangkaian lokakarya untuk memahami dan mempraktekkan permakultur, khususnya di Rumah KAIL. Lokakarya ini diikuti oleh seluruh staf KAIL, tujuh orang dari YPBB, dan relawan KAIL. Awalnya lokakarya ini bertujuan untuk membuat perencanaan kebun di Rumah KAIL dengan prinsip-prinsip selaras alam. Untuk itu para staff KAIL merasa perlu untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan untuk merancang kebun yang selaras alam tersebut. Dipilihlah metode permakultur (permaculture) untuk digunakan sebagai prinsip perencanaan kebun di Rumah KAIL.
Lokakarya sehari ini difasilitasi oleh Dhila dan Rio. Mereka berdua pernah belajar dan menerapkan permakultur di Komunitas Bumi Langit Institute, Imogiri, Yogyakarta. Saat ini aktivitas sehari-hari Dhila dan Rio adalah bertani. Mereka menerapkan permakultur untuk diri mereka sendiri dan membantu pribadi-pribadi dan organisasi menerapkan permakultur di dalam konteks masing-masing.
Acara dimulai tepat pada pukul 9.30 pagi dan dibuka dengan pembukaan dan perkenalan yang dipandu oleh Deta Ratna Kristanti sebagai koordinator kegiatan. Setelah pembukaan dan perkenalan, acara dilanjutkan dengan pemaparan dan diskusi tentang keberlanjutan (sustainability) dan ekosistem, yang disampaikan oleh Dhila. Pada sesi ini, peserta diajak untuk melihat kembali pemahaman mereka tentang makna keberlanjutan dan sistem yang berkelanjutan keberlanjutan. Pada sesi ini Dhila mengajak peserta untuk berdiskusi tentang ekosistem, unsur-unsur yang ada di dalam ekosistem, hubungan setiap unsur dengan unsur lainnya, dan fungsi masing-masing unsur di dalam ekosistem itu. Diskusi berlangsung dengan seru, karena para peserta menyimak dengan serius, antusias bertanya dan memberikan pendapat mereka. Setelah diskusi yang seru, peserta menemukan bahwa ternyata metode permakultur erat kaitannya dengan manajemen diri, seperti memilah keinginan dan kebutuhan, mengelola disiplin diri dan mengelola rasa tanggung jawab terhadap aktivitas yang dilakukan.
Sesi kedua dimulai setelah makan siang. Pada sesi kedua ini, Rio memulai sesi dengan menceritakan tentang faktor-faktor apa saja yang mendorong berkembangnya permakultur, mulai dari krisis ekologi sampai ke faktor ekonomi politik. Rio juga menjelaskan 12 prinsip dasar permakultur dan contoh-contoh penerapannya di berbagai bentuk ekosistem. Sesuai dengan tujuan lokakarya tahap pertama, dalam lokakarya ini, para fasilitator banyak membuka wawasan dan menggali pemahaman akan prinsip-prinsip permakultur. Meskipun masih banyak hal yang membuat penasaran, akhirnya lokakarya pertama ini harus ditutup pada pukul 5 sore. Semua peserta sepakat untuk bertemu kembali pada tanggal 7 dan 8 April di Rumah KAIL, untuk bersama-sama mempraktekkan teknik permakultur di kebun Rumah KAIL
Tidak ada komentar:
Posting Komentar